Fauziah Siregar
33.13.1.117
UIN Sumatera Utara
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Di zaman yang modern saat ini
banyak sekali individu yang mengalami dan memiliki permasalahan-permasalahan
yang diakibatkan tingkah laku yang menyimpang. Maka dari itu diperlukan orang
yang ahli dalam membantu individu menyelesaikan maupun membantu individu agar
tidak bermasalah, pribadi tersebut adalah konselor.
Konselor adalah pelaksana utama
yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan
koseling di sekolah. Konselor dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah,
bisa menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik,
karena konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga
pihak lain yang sekiranya bermasalah. Selain itu juga seorang konselor
harus memiliki kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Maka
dari itu, di makalah ini kami kelompok IV (empat) akan menyajikan materi
mengenai pribadi yang beriman dan bertaqwa. Baik diri konselor itu sendiri
maupun cara-cara yang dapt meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari beriman dan bertaqwa?
2. Bagaimana
menjaga kualitas iman?
3. Bagaimana
menjadi konselor yang beriman dan bertaqwa?
4.
Kegiatan apa yang dapat konselor berikan
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan klie/siswa di sekolah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Beriman dan Bertaqwa
1.
Pengertian Beriman
Secara
Etimologi, Iman bermakna pembenaran yang bersifat khusus.[1]
sebagaimana firman Allah, “Dan tidaklah engkau
akan beriman (membenarkan) kami walaupun kami adalah orang-orang yang jujur”
(Yusuf/12 : 17). Makna yang bersifat khusus berarti pembenaran yang sempurna
dengan hati , yang melazimkan lahirnya amalan-amalan hati dan anggota tubuh.
Jadi iman merupakan:
a) Pengucapan
dengan lisan,
b) Keyakinan
dengan hati, dan
c) Pengalaman
dengan anggota tubuh. [2]
Dalam hadist di riwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan
atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga
dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Di
dalam Pancasila juga menjelaskan mengenai iman, yaitu iman secara umum yakni
kepercayaan semua umat beragama. Di dalam sila pertama Pancasila berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengakuan itu
dipertegas dalam Pembukaan dan Pasal 29 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai berikut:
a. Pembukaan UUD 1945 Alinea Ketiga
berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur ...”;
b. Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat berbunyi, “Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa”; dan
c. Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 berbunyi, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
b. Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat berbunyi, “Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa”; dan
c. Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 berbunyi, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kutipan
dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu menunjukkan nilai ketuhanan
yang mendasari berdirinya negara Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, nilai
ketuhanan akan selalu mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terciptanya
masyarakat adil dan makmur.
UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah memberikan landasan perilaku beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 29 ayat (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
Dari
keterangan di atas, kita bisa kembali kepada pembahasan mengenai sikap
toleransi dan demokrasi, mengingat di dalam dasar negara Republik Indonesia
sendiri menyebutkan bahwa iman itu saling menghargai dan saling menghormati,
kemudian juga memberikan kebebasan seseorang untuk berpendapat namun dalam
sebuah batasan yang telah ditentukan.
2. Pengertian Takwa
Menurut bahasa, takwa berasal dari bahasa Arab yang berarti
memelihara diri dari siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah
wajtinabu nawahihi). Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah
yang artinya memelihara, yakni menjaga diri agar selamat dunia dan
akhirat. Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni
melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Pengertian
takwa menurut istilah yakni melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi
larangannya, dan menjaga diri agar terhindari dari api neraka atau murka Allah
SWT.[3]
Jadi pengertian
beriman dan bertakwa adalah mengakui dalam
hati,mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dalam amal perbuatan. Percaya
dalam hati bahwa hanya Allah lah yang patut di sembah, kemudian mengucapkan
kalimah syahadat sebagai bukti keimanan,menjalankan apa yang diperintahkan
Allah SWT, dan takut akan adzab dan siksa Allah SWT, serta menjauhi segala apa
yang dilarang oleh Allah SWT.
3. Manfaat Iman dan Taqwa
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar.
Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia.
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
g. Iman memberikan keberuntungan
h. Iman mencegah penyakit.
Beriman hendaknya diikuti dengan ketaqwaan, karena
apabila kita hanya mempercayai tanpa berbuat maka hanya kesia-siaan saja yang
akan menghampiri kita. Percaya kepada Allah, tanpa melakukan apa yang
diperintahkannya dan menjauhi segala yang dilarangnya, maka diri kita akan
tetap berdosa. Dengan terbentuknya diri menjadi pribadi yang berdosa, maka
ketenangan jiwa tidak akan tercapai dann masalah pun akan bermunnculan.
4.
Cara
Meningkatkan Kadar Iman
Berikut ini kami akan memberikan
tips untuk meningkatkan kadar iman dan taqwa baik di dalam pribadi konselor
maupun konseli, yaitu:
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a.
Perbanyaklah
membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”(QS, Shaad 38:29).
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82).
b.
Pelajarilah
ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
- Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
- Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
- Bila seseorang memahami sifat
Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah
keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat
memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya
(yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
- Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
- Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh)
kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai
Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya :
“Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si
sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah
selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku
sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah,
di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)
Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa
mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat
hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan
mencintai Rasulullah SAW.
d.
Mempelajari
Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam.
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang
diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap
kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan
dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC
pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk
berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang
Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid
para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran
Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat
Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an.
Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka
ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah
hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30
kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan)
dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu
tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam
sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan
ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan
mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan
karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan
bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin
tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin
diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar.
Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta
iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal
perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari
sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan
tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka
buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah, Perbanyak membaca
Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan
sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang
kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh, Dilakukan
melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk
berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
5. Sebab-Sebab Turunnya Kadar Iman
Sebab-sebab dari dalam diri kita
sendiri (Internal) :
1.
Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2.
Ketidakpedulian,
keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran
seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan),
sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan
ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa
takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan
bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah
hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan
suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia
termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan
mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi
teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan
seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu
dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal
sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya
hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3.
Menyepelekan
dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah
sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah.
Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah
pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah
tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat
(pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa
kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4.
Jiwa
yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan
dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia,
dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu
melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga
si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa
jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang
diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang
siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli
merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa.
Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah)
merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam
tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita
(External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah
SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu”. (QS, al Hadiid 57:20).
Tujuan
hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita
lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga,
seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun
dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau
dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan
hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu.
Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat.
Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang.
Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa
sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan
kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah
bersabda : “Seseorang itu terletak pada
agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada
siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim,
al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu
pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang
harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi.
Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang
lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam
tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita dengan menyebarkan tulisan
ini.
B. Kepribadian
Beriman dan Bertakwa Bagi Konselor
Kepribadian beriman dan bertakwa merupakan salah
satu dari bentuk-bentuk kompetensi kepribadian seorang konselor. Kompetensi
kepribadian beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang harus dimiliki konselor tersebut yakni meliputi:
1.
Menampilkan kepribadian yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pribadi yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT merupakan pribadi yang memiliki
kematangan beragama.
Ciri
ini hendaknya tampil dalam perilaku keseharian seorang konselor, dalam
memperlakukan klien dan dalam pengambilan keputusan ketika merancang pendekatan
yang akan dipergunakan. Mulyasa menyatakan bahwa ciri konselor yang memiliki
kematangan dan kedewasaan pribadi adalah sebagai berikut:
a) memiliki
pedoman hidup,
b) mampu melihat
segala sesuatu secara obyektif,
c) mampu
bertanggung jawab”.[4]
Untuk mencapai
kedewasaan dan kematangan beragama konselor memiliki landasan segabai acuan
yaitu memiliki pedoman hidup. Pedoman hidup konselor adalah Al-Quran dan sunah
Rasulullah SAW. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah (2:2)
Artinya:”Kitab (Al
Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Jadi
kepribadian konselor beriman dan bertakwa tersebut adalah kepribadian yang
merujuk atau berpedoman kepada al-quran. Pribadi yang tidak meragukan al-quran
sebagai petunjuk agar menjadi insan yang bertaqwa. Taqwa merupakan modal
keyakinan inspirasi sumber cahaya dan karunia yang melimpah. Allah berfirman
dalam QS. Al Anfal (28:29)
Artinya:”Hai
orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu Furqaan (Pertolongan) dan kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar”.
Diantara
keutamaan atau karunia Allah kepada orang yang bertakwa adalah kehidupannya
akan diterangi dan orang akan mengikuti jejaknya serta meminta bimbingannya.
Konselor yang mencerminkan pribadi beriman dan bertakwa maka siswa akan meminta
bimbingan dan mau mengikuti bimbingannya
Salah satu ciri
konselor memiliki keyakinan dan keimanan pada Allah SWT yaitu senantiasa
menghadirkan Allah dalam segala aktivitas kehidupannya, senang
mengerjakan amal saleh dan saling menasehati dalam kebenaran dengan kesabaran.
2.
Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama
dan toleran terhadap pemeluk agama lain.
Konselor mesti
konsisten dan disiplin menjalankan agama. Agama Islam mengandung empat unsur
yaitu aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Jadi kepribadian beriman dan
bertakwa itu akan lahir ketika guru memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang
benar, bermanfaat bagi orang, dan berakhlak yang baik.
Ibadah yang
benar dan disiplin yang dilakukan oleh konselor akan terlihat dari prilaku atau
akhlaknya sehari-hari terkhusus di lingkungan sekolah, karena M. Annis Matta
menyatakan bahwa akhlak adalah ”Nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental
yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan atau perilaku yang
bersifat tetap, natural, dan reflek (akhlak = iman tambah amal shaleh”.[5]
Jadi ibadah
yang disiplin dan kontiniu dilakukan akan menjadi kebiasaan, kebiasaan baik
yang dilakukan setiap hari maka akan terlihat akhlak atau kepribadian yang baik
pula, contoh kebiasaan ibadah displin yang dilakukan oleh konselor adalah
shalat diawal waktu, misalnya shalat zuhur di sekolah sebagaimana hadist
Rasulullah yang artinya ”Shalat diawal waktu itu lebih afdal (HR.Buhari).
Konselor yang disiplin beribadah akan membawa dampak kedisplinan terhadap
aktifitas yang lainnya di sekolah.
3.
Berakhlak mulia dan berbudi pekerti
luhur.
Akhlak
merupakan bentuk kepribadian. Konselor di sekolah mesti berakhlak mulia dan
berbudi pekerti luhur. Akhlak secara etimologi adalah ”khuluk yang berarti budi
pekerti, adat kebiasaan, perangai dan tabiat individu”.[6]
Akhlak sama dengan sikap, prilaku atau kebiasaan individu. Ahklak dapat juga diartikan
sebagai kepribadian, karena menurut ibnu
Miskawaih menyatakan ”akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikran dan pertimbangan.”[7]
akhlak sama dengan keribadian sama memiliki unsur psikis dan fisik.
Akhlak mulia
dan budi pekerti
yang baik akan mencerminkan kompetensi kepribadian konselor yang beriman dan
bertaqwa karena keistemewaan akhlak dalam islam adalah akhlak mulia dan budi
pekerti merupakan akhlak al quran, perbuatan atau akhlak yang dilakukan
konselor senantiasa berada dalam suatu kerangka hukum tetentu seperti
berpedoman kepada al quran. Akhlak mulia dan budi pekerti yang baik konselor
juga dapat menghargai penganut agama lain serta sebagai contoh yang baik bagi
siswa.
Karakteristik
ini memberikan gambaran bahwa konselor dituntut untuk selalu bertindak dan
berperilaku sesuai nilai, norma, dan moral yang berlaku. Ciri ini hendaknya
tercermin pada diri konselor dalam perilaku kesehariannya maupun dalam segala
tindakan konseling.[8].
Jadi suksesnya
konselor melaksanakan kegiatan sangat dipengaruhi juga oleh pribadi yang
beriman bertaqwa kepada Allah SWT yaitu konsisten menjalankan ajaran agama,
toleransi dan berakhlak mulia dan berbudi pekerti.
4. Ciri-ciri
Beriman dan Bertaqwa
a.
Ciri-ciri Beriman
1.
Jika
di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya
2.
Senantiasa
tawakal
3.
Tertib
dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
4.
Menghindari
perkataan yang tidak bermanfaat
5.
Menafkahkan
rezki yang diterimanya
6.
Menjaga
kehormatannya
7.
Memelihara
amanah dan menepati janji
8.
Berjihad
di jalan Allah dan suka menolong
b.
Ciri-ciri
Bertaqwa
1.
Beriman
kepada ALLAH dan yang ghaib
2.
Sholat,
zakat, puasa
3.
Infak
disaat lapang dan sempit
4.
Menahan
amarah dan memaafkan orang lain
5.
Takut
pada ALLAH
6.
Menepati
janji
7.
Berlaku
lurus pada musuh ketika mereka pun melakukan hal yang sama
8.
Bersabar
dan menjadi pendukung kebenaran
9.
Tidak
meminta ijin untuk tidak ikut berjihad
10.
Berdakwah
agar terbebas dari dosa ahli maksiat [9]
Dari ciri-ciri
beriman dan bertaqwa diatas, adalah hal yang harus dimiiki oleh seorang
konselor sebagai salah satu kompetensi kepribadiannya.
5.
Kegiatan-kegiatan Ekstrakurikuler Untuk
peningkatan Iman dan Taqwa Bagi klien/siswa di Sekolah
Bukan hanya
konselor yang harus memiliki sikap beriman dan bertaqwa tetapi juga klien
ataupun siswa di sekolah. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan
konseling untuk membantu pembentukankarakter siswa sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berwenang di sekolah.
Berikut ini beberapa kegiatan ekstrakurikuler
yang bisa dilakukan konselor untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa di
sekolah, yaitu:
1.
Program/kegiatan Rohani Islam (Rohis);
2.
Program/kegiatan Pekan Ketrampilan dan Seni (Pentas);
3.
Program/kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat);
4.
Program/kegiatan Tuntas Baca Tulis al_Qur’an (TBTQ);
5.
Program/kegiatan Pembiasaan Akhlak Mulia;
6.
Program/kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI);
7.
Program/kegiatan Ibadah Ramadhan (Irama);
8.
Program/kegiatan Wisata Rohani (Wisroh)
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Beriman dan
bertakwa adalah mengakui dalam hati,mengucapkan
dengan lisan dan mengamalkan dalam amal perbuatan. Percaya dalam hati bahwa
hanya Allah lah yang patut di sembah, kemudian mengucapkan kalimah syahadat
sebagai bukti keimanan,menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT, dan takut
akan adzab dan siksa Allah SWT, serta menjauhi segala apa yang dilarang oleh
Allah SWT.
Kepribadian beriman dan bertakwa merupakan salah satu
dari bentuk-bentuk kompetensi kepribadian seorang konselor. Kompetensi
kepribadian beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang harus dimiliki konselor tersebut yakni meliputi:
a.
Menampilkan kepribadian yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
kepribadian
konselor beriman dan bertakwa tersebut adalah kepribadian yang merujuk atau
berpedoman kepada al-quran. Pribadi yang tidak meragukan al-quran sebagai
petunjuk agar menjadi insan yang bertaqwa. Taqwa merupakan modal keyakinan
inspirasi sumber cahaya dan karunia yang melimpah.
b.
Konsisten dalam menjalankan kehidupan
beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain.
Konselor mesti
konsisten dan disiplin menjalankan agama. Agama Islam mengandung empat unsur
yaitu aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Jadi kepribadian beriman dan
bertakwa itu akan lahir ketika guru memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang
benar, bermanfaat bagi orang, dan berakhlak yang baik.
c. Berakhlak mulia
dan berbudi pekerti luhur.
kompetensi kepribadian konselor yang
beriman dan bertaqwa karena keistemewaan akhlak dalam islam adalah akhlak mulia
dan budi pekerti merupakan akhlak al quran, perbuatan atau akhlak yang
dilakukan konselor senantiasa berada dalam suatu kerangka hukum tetentu seperti
berpedoman kepada al quran. Akhlak mulia dan budi pekerti yang baik konselor
juga dapat menghargai penganut agama lain serta sebagai contoh yang baik bagi
siswa.
Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami selaku kelompok IV (empat) sajikan. Apabila ada
kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan kata maupun nama kami mohon maaf.
Dan kami sarankan kepada penikmat makalah ini agar juga membaca buku ataupun
referensi yang telah kami cantumkan agar mendapat pengetahuan yang lebih luas
lagi. Dan kami mohon kritik dan saran untuk perbaikan kami dalam pembuatan
makalah kedepannya.
Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pemakalah
dalam menyelsaikan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ismatu
ropi, dkk. 2012. Pendidikan Agama Islam
di SMP & SMA Untuk Guru. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
M. Anis Matta, 2003. Membentuk
Karakter Cara Islam, Jakarta: Al-I’tishom
Cahaya Umat,
Drs. H Abudin Nata M.A, Akhlak
Tasawuf. Jakarta
: PT. Raja Grasindo Persada, 1997.
ibn Miskawaih, Tahzib Al-Akhlak wa Tathhir al a’raq, Mesir : al Mathaba
al Mishiiyah, 1943 cet, 1
Direktorat
Pendidikan Agama Islam. 2010. Buku
Rujukan Guru PAI. Jakarta : Kementrian Agama RI.
http://www.risalahislam.com/2014/06/Pengertian-Takwa-Menurut-Bahasa-Istilah.html
diakses tgl 05-10-2015 pukul 22 :34
diakses
tgl 02-10-2015
diakses
tgl 06/10/2015 pukul : 21.06
http://www.slideserve.com/trudy/pengembangan-pribadi-konselor
diakses tgl 05-10-2015.
[1]
Direktorat Pendidikan Agama
Islam. 2010. Buku Rujukan Guru PAI. (Jakarta
: Kementrian Agama RI), hlm 52
[2]
Ismatu ropi, dkk. 2012. Pendidikan Agama
Islam di SMP & SMA Untuk Guru. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group),
hlm 61-62
diakses tgl
02-10-2015
[6]
Drs. H
Abudin Nata M.A, Akhlak Tasawuf, (PT. Raja Grasindo Persada, 1997),
hal.1
[7] ibn Miskawaih, Tahzib Al-Akhlak
wa Tathhir al a’raq, (Mesir:al Mathaba al Mishiiyah, 1943), cet, 1, hal. 40
diakses
tgl 06/10/2015 pukul : 21.06
[9]
http://www.slideserve.com/trudy/pengembangan-pribadi-konselor diakses tgl
05-10-2015.